Headlines News :
Home » » Menilik Heritage Kota Solo

Menilik Heritage Kota Solo

Written By Pria on Sabtu, September 1 | 09.06




Sejumlah kekayaan heritage kota Solo.
Rasanya tidak ada habisnya untuk mengorek identitas kota Solo melalui pengalaman masa lampaunya. Kota yang dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, semakin hari kian menarik dengan penyajian yang serasi antara unsur tradisional dan modern. Solo di masa sekarang memiliki Tehnopark, Bus Batik Solo Trans, Bus Tingkat Werkudara, Railbus Batara Kresna, hingga Mall dan Apartemen, serta pusat-pusat hiburan yang menandakan kota Solo sebagai kota modern, bahkan pada dekade pertama abad ke-20 modernitas Solo sebanding dengan Batavia. Ketika membaca biografi tokoh-tokoh nasional yang berasal dari Solo mulai Sultan Agung hingga Joko Widodo, menandakan secara konseptual Solo mampu menjadi trendcenter dalam pembangunan bangsa. Menyempatkan untuk berjalan menyusuri Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Kompleks Kasunanan dan Mangkunegaran, serta Sriwedari hingga museum-museum di Solo, nampak pula bahwa kejayaan Solo masa lampau masih sangat dekat dengan kita.
Slogan Solo masa kini.
Kota Solo menjadi kota yang selalu menarik untuk dihuni, terbukti sejak didirikannya di tahun 1745 hingga kini selalu memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Solo juga memiliki komposisi penduduk yang heterogen, artefak yang kini dapat diamati berupa peninggalan kampung-kampung yang menggambarkan ciri kehidupan tertentu berdasar etnis yang tinggal di dalamnya. Beberapa perkampungan tersebut yakni, Kampung Arab di Pasar Kliwon, Kampung Tionghoa di sekitar Pasar Gedhe, Kampung Etnis Bali di Kebalen, orang Madura di kampung Sampangan, Kampung Etnis Banjar dan Flores di kampung Banjaran, Kampung Pedagang Jawa di Kampung Sewu.
Kompleks Keraton Kasunanan memiliki banyak nama kampung dalam sejarah.
Pemberian nama-nama di lingkup kota Solo didasarkan beberapa hal, yakni berdasarkan tokoh utama yang tinggal di suatu wilayah, berdasarkan nama pemiliki, berdasarkan jenis pekerjaan, berdasarkan nama jabatan, berdasarkan fungsi wilayah itu, dan berdasarkan peristiwa penting atau pengalaman yang dilalui di wilayah itu. Berikut penamaan wilayah lingkungan dalam Keraton Kasunanan yang disesuaikan dengan nama pemilik tempat tersebut, seperti Mangkubumen yang merupakan tempat tinggal Gusti Pangeran Arya Mangkubumi, Kampung Jayadiningrat sebagai tempat tinggal Raden Tumenggung Jayadiningrat yang berpangkat bupati, Kampung Kartadipuran adalah nama tempat tinggal Raden Tumenggung Kartadipura yang berpangat bupati anem, sedangkan tempat tinggal Patih hanya disebut Kepatihan. Tempat tinggal para prajurit terletak di sekeliling Keraton di luar Beteng yang disesuaikan dengan nama pasukan dan golongannya, seperti Gandhekan Kiwa dan Gandhekan Tengen untuk menyebut tempat tinggal prajurit Gandhek. Kampung Tamtaman sebagai tempat tinggal prajurit golongan Wiratamtama, Kampung Carangan untuk golongan Carangan, Kampung Jayengan untuk golongan Wanengastra. Kemudian ada pula Kampung Sorogenen Kiwa dan Sorogenen Tengan untuk golongan Keparak. Sedangkan prajurit Jayasura dan Jayaprajan yang merupakan pasukan berani mati, tergolong prajurit luar, serta bertempat tinggal di bagian selatan Keraton dengan nama tinggal Kampung Joyosuran dan Joyotakan.
Untuk menyebut tempat tinggal Bupati-Nayaka Sewu hanya disingkat dengan nama Kampung Sewu, demikian hanlnya tempat tinggal Nayaka-Jawi Kiwa, hanya disebut Kampung Penumping, sedangkan untuk menyebut tempat tinggal Nayaka-Bumi digunakan sebagai nama Kelurahan Bumi. Kampung Mangkuyudan semula merupakan tempat tinggal Bupati Mangkuyuda.
Di kota Solo juga terdapat kampung-kampung yang penamaannya menurut jenis pekerjaan kriya atau pertukangan, seperti Sayangan yang terletak di sebelah barat Notosuman, merupakan kampung pembuat kerajinan alat-alat masak atau dapur. Tempat tinggal para perajin tembaga disebut Kampung Gemblekan, terletak di sebelah barat daya Keraton Kasunanan. Kampung Gupyukan sebagai tempat tinggal profesi gupyuk atau pembubut yang membuat alat-alat musik sejenis gamelan. Abdi dalem tukang sungging yang disebut sereng di Kampung Serengan, Kerten atau Selokarti sebagai kampung perajin ukiran dari batu. Kampung pengukir keris atau salember dinamakan Slembaran. Para srati atau pemelihara Gajah di Sraten. Tempat tinggal Kyai Jamsari disebut Kampung Jamsaren. Para perajin gerabah atau kundhi disebut Kampung Kundhen. Kampung pembuat mebel atau teluk di Kampung Telukan. Kampung para tukang batu disebut Kampung Baturana. Para tukang kayu atau undhagi bertempat tinggal di Undhagen. Para perajin pluntur atau tali gamelan di Kampung Kepunton. Tempat tinggal abdi dalem kalang dinamakan Kalangan. Kampung tukang jagal disebut Jagalan.
Nama-nama tempat di Solo juga didasarkan pada nama penguasa setempat seperti Secoyudan untuk tempat tinggal Ngabehi Secoyudo, Ngabehi Derpayudha di Derpayudan, Ngabehi Ketib Winong di Nonongan. Penamaan ini konon juga berlaku untuk pejabat Belanda, seperti Peter di Kampung Petoran, Jurnas di Jurnasan, Overste di Ngrebusan, dan pejabat Belanda berpangkat Beskal di Beskalan.
Penamaan wilayah yang lain juga didasarkan fungsi dari wilayah tersebut, seperti Kampung Kestalan untuk penamaan kandang kuda yang dalam bahasa Belanda disebut Istal. Kampung Balapan untuk tempat balapan atau pacuan kuda. Tambak Segaran untuk wilayah yang selalu tergenang banjir. Perkampungan Eropa yang banyak berdiri Loji di sebelah timur Benteng Vastenburg dinamalan Loji Wetan. Kampung Banjaran sebagai tempat tinggal orang-orang Banjar.
Dalam pemberian nama wilayah di kota Solo ada pula yang didasarkan pada pengalaman kejadian di tempat itu, seperti Kampung Mesen yang dahulu merupakan tempat semak penuh rumput. Konon setiap orang yang mengambil rumput di tempat itu dipungut biaya sebesar satu sen, sehingga tempat itu dinamakan Mesen. Wilayah lapang sebagai pemakaman juga sebagai tempat pembuangan tulang atau balung diberi nama Kampung Balong. Tempat pemondokan para Narapraja Mangkunegaran yang dari jauh disebut Kampung Punggawan dan Kampung Mondokan.
Solo yang dipahami sekarang menunjukkan kondisi berbeda ketika periodisasinya ditarik jauh ke belakang. Terdapat perbedaan yang signifikan ketika melihat Solo di masa sekarang. Selain kemajuan yang luar biasa, juga terjadi kemunduran yang signifikan pula. Kemajuan terkait dengan banyaknya perubahan sebagai dampak proses modernisasi yang juga telah melahirkan beberapa produk unggulan seperti perkembangan sarana transportasi, industri, struktur sosial masyarakat, dan lain sebagainya.
Jika berkaca pada teori evolusi kebudayaan, begitu banyak kemunduran yang terjadi di kota Solo. Kemunduran tersebut di antaranya hilangnya peran Sungai Bengawan Solo sebagai jalur perdagangan yang menghubungkan Solo dengan Pelabuhan Surabaya. Lunturnya perusahaan Batik Klasik Solo sebagai andalan industri di Solo. Hilangnya jalur kereta api yang menghubungkan kota Solo dengan kota lain maupun pedalaman seperti Boyolali, Sukoharjo, dan sebagainya. Menjadi tugas kita untuk mewariskan identitas kota Solo kepada generasi setelah kita, sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah atas kekayaan budaya dan sejarah kota Solo.
Dikutip dari berbagai sumber dengan perubahan.
Image by Google

Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Seputar Kota Solo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger