Headlines News :
Home » » ANGKRINGAN BUKU: Sego Kucing Rasa HB Jassin

ANGKRINGAN BUKU: Sego Kucing Rasa HB Jassin

Written By Pria on Senin, September 24 | 06.37


Angkringan sebagai tempat makan dan ruang dialog berbagai kalangan kini dikemas lebih beragam, termasuk dengan menyuguhkan buku.
Bagaimana jadinya jika sembari menyantap sebungkus nasi kucing atau sepiring nasi telur Anda sekaligus bisa ‘berbincang’ dengan HB Jassin, sastrawan kanon Indonesia itu?
Atau saat menyeruput kopi, Anda bisa merasakan sensasi Dukuh Paruk, tempat Srintil dan Rasus kecil tumbuh seperti diceritakan novel Dukuh Paruk. Bahkan saat memamah secuil roti bisa jadi imaji Anda ditemani Joostein Gaarder yang filosofis.
Perpaduan asupan tubuh dan otak tersebut dapat dinikmati sekaligus di sebuah lahan memanjang seluas 200 meter persegi beratapkan rumbai dengan dinding gedek yang berlokasi di Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman. Angkringan Buku, demikian tempat nongkrong berkonsep perpustakaan mini tersebut dikenal.
Biasanya tempat nongkrong yang menyediakan fasilitas buku akan menata koleksi mereka di sebuah rak dengan rapi. Akan tetapi, bentuk lazim tersebut tidak ditemui di kedai berkapasitas 60 orang ini. Sebab, yang pertama kali mencuri perhatian justru sebuah gerobak penjual angkringan berisi deretan buku.
Beragam judul karya sastra tergantung di paku gerobak, baik lokal maupun internasional, serta banyak pilihan untuk catatan-catatan filsafat agama dan budaya digelar.
Seorang pengunjung, Ian, terlihat asyik membaca sebuah buku Senopati Pamungkas-nya Arswendo Atmowiloto, Rabu (25/7).  Ian, mahasiswa salah satu PTN di Jogja tersebut, mengaku baru pertama kali datang ke Angkringan Buku berdasarkan rekomendasi seorang kawan yang terlebih dulu kerap menyambangi tempat tersebut. Karena suka membaca, laki-laki berusia 23 tahun ini pun tidak berpikir dua kali untuk berkunjung.
“Jarang saya temukan tempat yang buat baca buku sekaligus ngopi, terlebih saya penggemar sastra dan filsafat,” terangnya, Rabu.
Buku-buku yang terdapat di angkringan itu menurutnya relatif sulit dicari di toko buku karena tak terbit lagi. Rata-rata, lanjutnya, buku yang ada di tempat tersebut dicetak tahun 90-an.
Sesaat kemudian, ia menunjukkan sebuah buku karya HB Jassin bertajuk Proses Kreatif  yang terletak di sampingnya. “Buku ini salah satu favorit saya,” tukasnya.
Dinilainya, tulisan pendiri Pusat Dokumentasi Sastra Indonesia tersebut mampu memberi panduan kepada penulis pemula untuk mengembangkan kreativitasnya.
Stefan Pratama, pengelola Angkringan Buku, menceritakan, ide awal membuat angkringan berisi buku bermula dari usulan teman-teman komunitas yang doyan menghabiskan waktu untuk berdiskusi, ngobrol, atau sekadar melepas lelah di tempat tersebut sembari ngopi.
“Jadi daripada kosong dan sekadar omong-omong, mengapa tidak membuat sesuatu yang berbeda,” jelas laki-laki kelahiran Jogja itu.
Diakuinya, tujuan utama memang bisnis warung kopi, tapi dengan konsep taman bacaan juga dapat menjadi sarana teman-teman membaca buku-buku yang mulai sulit dicari di toko.
Koleksi buku merupakan milik pribadi yang disumbangkan kepada tempat nongkrong yang berdiri setahun belakangan. Selain membaca di tempat, sebutnya, pengunjung juga dapat meminjam buku dengan membayar ongkos pemeliharaan berkisar Rp500 sampai Rp2.500 per hari.
“Namun, untuk pinjam biasanya ya teman-teman sendiri yang sudah kenal,” papar dia yang akrab disapa Kipli ini.
Dia menilai angkringan mewakili keluwesan sekaligus kebersamaan dan dengan dilengkapi buku diharapkan tempat makan itu semakin dinamis.
Share this post :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Seputar Kota Solo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger